“Tantangan kita adalah mewujudkan pemilu yang damai di mana pemikiran dan gagasan yang diperdebatkan, bukan identitas, isu SARA, atau kenangan masa ’emas’ masa lalu,” jelasnya dalam acara bertema “Membumikan Pancasila untuk Damai dan Bermartabat”. Pemilu” sekaligus Deklarasi Pemilu Damai dan Bermartabat”, yang digelar secara daring di Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Frankfurt, Jerman, Sabtu.
Lanjutnya, jika manusia memiliki nilai-nilai ketuhanan, mereka takut akan Tuhan, mereka mencintai Tuhan sehingga tidak merusak martabat manusia lainnya.
“Dengan demikian, yang mengamalkan nilai-nilai Pancasila tidak menjelek-jelekkan rakyat, menganggap orang lain di bawahnya, menganggap orang lain bisa ditindas, dan tidak memecah belah persatuan Indonesia,” ujarnya.
Menutup paparannya, Benny menyampaikan beberapa poin bagaimana demokrasi Pancasila tetap terjaga dalam masa penyambutan tahun pemilu 2024.
“Pertama, elit politik mengedepankan Pancasila, sebagai etika publik dan alat pemersatu. Mereka tidak bisa bicara meninggalkan Pancasila. Kedua, partai politik menguasai masyarakat dan tim sukses yang menyebarkan hoaks dan kebencian. Ketiga, partai politik mengutamakan nilai musyawarah untuk mencapai mufakat Keempat, pegiat media sosial menjadi pemecah kata bukan penegas, menjadi kritis dalam menganalisis informasi, harus menjadi penengah yang adil agar media sosial tidak menjadi perusak tetapi menjaga persatuan Indonesia.Kelima, partisipasi publik diperlukan untuk menjaga moral dan mendidik pemilih yang cerdas,” jelasnya.
Reporter: PR Wire
Editor: PRWire
HAK CIPTA © ANTARA 2023
